Hei, untukmu
mahasiswa yang berjuang menghantam skripsi!
Salah satu dosen pembimbing saya pernah berkata “sebenarnya
jika kamu berniat dan berusaha, skripsi bisa kamu selesaikan dalam sekejap mata”.
Kita tahu bahwa keberhasilan selalu mengikuti usaha, tapi kenapa kita masih
enggan untuk terus melangkah.
Sebagai mahasiswa akhir, skripsi memanglah tidak
mudah. Itulah mengapa saat wisuda semua mahasiswa tersenyum sumringah. Karena mereka
tahu sudah melewati masa-masa susah setelah berjuang sekian lama. Skripsi memang
susah, tapi tidak alasan untuk menyerah lebih-lebih setelah moment wisuda sudah
diambang mata. Tetap menulislah, tidak
ada alasan untuk merebahkan tangan setelah sekian lama kamu berusaha.
Dari awal, kamu sudah berusaha sekuat
tenaga. Menulis bab 1, 2 dan 3 hingga mata menjadi lelah.
Kamu tahu bahwa sejak awal kamu sudah berjuang sekeras yang kamu bisa.
Hingga kamu bisa menyelesaikan proposal yang semula kamu tidak yakini. Saat hampir
seminar, rasa percaya diri mulai datang di hati bahwa kamu bisa meneruskan topik
ini hingga nanti. Kamu yakin bahwa semuanya akan aman terkendali.
Sayangnya, hidup memang penuh kejutan. Saat seminar dilakukan, proposal
yang kamu presentasikan dikritik tajam. Mereka mengatakan bahwa kamu hanya
sekedar menulis tanpa tahu secara mendalam topik apa yang kamu bicarakan. Akhirnya,
semuanya terasa percuma. Dunia memang kejam, kamu hanya bisa mengelus dada, mau
menangis tapi tak bisa. Tapi kamu tetap melanjutkannya sambil menahan kecewa. “Percayalah,
usahamu ini tidak akan percuma”.
Setelah seminar proposal, kamu
melanjutkan ke langkah selanjutnya “REVISI”
Setelah
seminar, dosen pembimbingmu menyuruh untuk beristihat –dari menulis dan
melanjutkan- sementara. Kamu tahu itu dan mengikuti sarannnya, hingga kamu terlalu
santai dan malah melupakan sejenak skripsi yang harusnya kamu selesaikan.
Ketika
kamu menyadari bahwa skripsi sudah tertinggal, kamu memulai kembali melanjutkannya
yang harusnya kamu revisi dari kemarin-kemarin. Banyaknya revisi dan kesulitan
mencari refrensi yang sesuai dengan topic yang kamu tulis membuat semangat di
hatimu tidak menggebu-gebu lagi. Namun kamu tetap berusaha mencari hingga
lembar per lembar coretan revisian berhasil kamu revisi. “Bagus”, teriakmu
dalam hati. Akhirnya semangatmu kembali utuh lagi. “Selamat!!!”
Susahnya menggarap skripsi tanpa
sadar membuat moodmu tidak seperti dulu lagi
Menggarap skripsi memanglah tidak
mudah malah kamu berpikir bahwa itu sangat susah. Seringnya berhadapan dengan berlembar-lembar
yang selama ini kamu tulis sendiri dengan mengorbankan waktumu yang berharga. Membuatmu
mulai merasa hal ini sangat penting hingga kamu seperti menjauh dari teman-teman
yang selama ini menemani. Hingga waktu yang biasanya kalian gunakan untuk
berkumpul bersama mulai berkurang tanpa dirasa.
Pada
akhirnya, Banyaknya waktu yang kamu luangkan untuk skrispi membuatmu menjadi seperti
pribadi yang tertutup. Lebih-lebih saat temanmu mulai menunjukkan hasil kerja
skripsi mereka yang hamper selesai. “Tidak perlu merasa minder, justru hasil
mereka harusnya kamu jadikan pelecut bahwa kamu juga bisa menyelesaikannya”.
Namun, Skripsi bukan hanya soal
tingginya tingkat kepintaran seseorang, tapi seberapa besar usaha dan niat yang
kamu berikan.
Kadang kamu berpikir saat teman
seangkatan kamu tersenyum-senyum saat membahas topik se-krusial ini, sedangkan
kamu cemberut seakan tidak mau mendengarkan apapun yang berhubungan dengan
skripsi. Pada temanmu kamu berkata “ya, kamu pintar. Jadi tidak perlu untuk repot-repot untuk
berusaha sekeras ini”.
Percayalah, dia tersenyum ketika
menggarap skripsi bukan karena dia pintar. Tapi yang dia pikirkan adalah dia
tidak mau untuk memperburuk keadaan
setelah dia berjuang sekuat hati dengan bolak balik ke dosen pembimbing. Dia tahu
bahwa usaha dan niatnya yang sekeras besi akan percuma jika sedetik saja bersedih.
“Jadi buat apa bersedih?”
Teman-temanmu telah selesai. Tapi
ingat, temanmu tidak akan setega itu membiarkanmu bersusah-susah menggarap
skripsi sendiri
Kadang kamu berpikir bahwa temanmu
yang telah selesai akan membiarkanmu terluntang-lantung sendiri menggarap
skripsi. Tapi percayalah, empat tahun yang kalian alami, bukanlah waktu yang
sementara. Persahabatan tercipta semakin erat setelah waktu dan waktu kalian
bersama sejak tahun pertama. Mereka tidak
akan meninggalkan kamu hanya karena mereka telah selesai.
Temanmu mungkin akan sedikit santai
setelah sidang walaupun mereka juga sedang mengerjakan revisian. Tapi, jika
kamu sedikit menekan ego dan tidak malu untuk meminta bantuan. “Yakinlah,
dengan sigap mereka akan membantumr sekuat yang mereka bisa agar kamu juga
selesai secepatnya”.
Hidup memang tidak mudah, begitu
juga dengen gelar sarjana. Tapi bukankah pelangi akan lebih terlihat indah
setelah badai berlalu.
Hidup
adalh perjuangan. Perjuanganmu dari awal akan terjawab dengan akhir yang
bahagia –itu pasti-, bukankah itu yang semenjak kecil diajarkan. Skripsi
hanyalah tumpuan kecil untukmu meraih mimpi yang akan kamu perjuangkan
selanjutnya. Jadi, saat rasa putus asa datang menggema, jangan berputar arah
hanya karena semua tidak sesuai rencana. Tuhan tahu bahwa kamu sedang berusaha
dan akan memberi hadiah yang pantas tepat pada waktunya.
Dengan
skripsi yang telah usai, ingatlah di akhir nanti kamu akan tersenyum bahagia
dengan toga tersanding. Gelar sarjana akan ada dibelakang nama. Saat itulah kamu
bisa menentukan hidupan kedepannya dengan pilihan yang kamu suka. “berjuanglah”.
Jadi
bagaimana skripsimu hari ini? Masihkah semangatmu sepanas api?
.