Sabtu, 12 Maret 2016

Tagged Under: ,

12 hal menyebalkan dalam menulis SKRIPS(weet)I

Share


Skripsi merupakan tugas sakral yang harus dilakukan seorang mahasiswa untuk bisa bersanding menggunakan toga saat prosesi wisuda. Sebagai sebuah tugas akhir, mau tidak mau, suka tidak suka mahasiswa diharuskan membuat susunan tulisan ini. Tidak sedikit mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai sebuah momok yang lebih mengerikan dari sekedar dosen killer. Sebagai sebuah tugas akhir, mahasiswa menghadapinya dengan beragam cara, ada yang senang dan menganggap skripsi sebagai sebuah tantangan yang harus di taklukkan, ada juga yang biasa saja menganggapnya menjadi sebuah kisah pahit seorang mahasiswa yang pasti akan berlalu pada waktunya nanti (asal dikerjakan), ada juga yang galau karena tidak tahu harus bagaimana untuk mulai menulisnya. Bagaimanapun, mungkin kamu tidak merasakannya tapi itu terbukti, dalam mengerjakannya ada moment-moment pahit bin menyebalkan akan dialami mahasiswa. Moment-moment mulai dari yang berkesan hingga absurd ini akan kamu ingat di masa depan nanti.

1.      Momen yang pertama dan krusial adalah pemilihan topik dan judul skripsi.  Kadang sampai bingung-bingung sendiri beberapa hari.

Beberapa mahasiswa bahkan rela untuk bertapa siang dan malam hanya untuk mencari ide sebagai bahan penulisan skripsi.  Beberapa yang lain menjadi superaktif untuk sekedar browsing dan bertanya kepada mereka yang sudah berpengalaman dalam menulis. Namun, kadang situasi memang tidak bisa kita atur sesuka hati, saat ide dan topik sudah kamu dapati, ada hal lain yang membuat sedikit berpasrah hati.
            “Cari judul yang lain ya, ini sudah terlalu banyak”,
            “Ini topik apa? gak sesuai, ajukan topik yang lain saja!”, kaliamat-kalimat menyebalkan itu mungkin diucapkan oleh seseorang di ruang jurusan. Dan kamu dengan wajah lusuh hanya bisa berekspresi datar sambil menghembuskan nafas dalam ‘yaaahhhhhhhh” dengan panjang.
Di saat seperti ini yang kamu butuhkan hanya memberi waktu pada diri sendiri untuk lebih banyak membaca atau bertanya kepada mereka yang paham dan mengerti, pergi perpustakan yang bahkan mungkin belum kamu sentuh sejak pertama kuliah untuk mengecek apa topik yang akan kamu inginkan sudah tertulis atau belum. Sudah? Kalau gitu tinggal cari tema lainnya, sukses!

2.      Memilih Dosen Pembimbing itu kaya milih kucing diantara beberapa kucing lain dalam karung.
Sepertinya sih gampang, kamu tinggal ngelus-ngelus bulu mana yang halus, kemudian ambil. Begitu juga dengan memilih dosen pembimbing, biasanya sejak awal setelah kamu siap dengan topik apa yang akan tulis, kamu sudah tahu akan memilih siapa dosen yang akan kamu jadikan panutan dalam penulisan tugas akhir ini. Dosen pembimbing yang dipilih biasanya adalah dosen yang enak cara ngajarnya, sabar dan juga telaten, cantik dan bahkan mungkin yang rupawan.
“Aah, si ibu Melati (yang cantik, namun bukan nama sebenarnya) kayanya enak nih jadi dosbing, dia kan juga ngajar topik ini”, kamu sudah membayangkan bagaimana kamu skripsian kedepan, akan indah dan menyenangkan.
Namun hidup lagi-lagi memberi kamu kejutan. Dosen yang kamu mau dan sejak awal kamu pikirkan tiap saat ternyata tidak bisa membimbing kamu skripsian, entah karena sibuk dengan skejul yang over atau sibuk membimbing skripsi mahasiswa lain, akhirnya kamu (secara terpaksa) mendapatkan dosen lain yang tidak sesuai dengan yang kamu harapkan. Jika hanya dapat dosbing sih biasa, yang tidak biasa itu jika kamu mendapatkan dosen pembimbing yang harusnya dihindari (taulah dosen pembimbing kaya apa) oleh mahasiswa lain. Mau tidak mau akhirnya kamu hanya bisa mengambil nafas dalam, “kuatkan hamba ya allah.”
3.      Saat penulisan awal, kamu tahu bahwa tidak semua proposal (lamaran) akan diterima. *baper*


Saat menulis bagian awal skripsi, kamu dengan semangat berapi-api akan menulis dengan tekat sekuat besi, jika perlu kamu akan menulis 1 bab dalam 1 jam. Saat proposal telah tersusun kamu dengan mantap bertemu dengan dosen pembimbing. Dapet masukan (asal kamu paham maksudnya) dari pembimbing bisa membuat kamu dengan cepat menyelesaikan skripsi yang kamu tulis.
Saat bimbingan proposal, jika kamu beruntung Dosen akan mengijinkanmu untuk bisa langsung maju ke seminar. Jika tidak beruntung, topik yang kamu teliti dirasa tidak relevan dengan teori yang kamu tulis, dosen akan memberi kamu beberapa referensi sebagai tambahan untuk kamu masukkan, artinya revisi lagi. Dan jika kamu sangat tidak beruntung, proposalmu akan  ditolak dengan banyak saran yang tidak begitu kamu pahami. Kamu hanya menggaruk-garuk kepala tanpa sadar ketombe yang jatuh sambil mengangguk-angguk tanda setuju (padahal dalam hati berteriak setengah mati. “kenapaaaa? Apa salah dakuuu?”)

4.      Bimbingan skripsi tidak selalu mudah, kadang ada masa dimana kamu lebih baik kembali saat skripsi hanya sebuah kata.
Saat seminar telah kamu lakukan, kamu melanjutkan untuk menulis skrispsi kamu. Bimbingan ke dosen harusnya lebih gampang setelah seminar berhasil kamu lewati karena artinya kamu sudah 50% berhasil. Namun hal-hal indah saat bimbingan yang sejak awal kamu bayangkan berubah tidak seperti yang kamu harapkan, saat akan bimbingan skripsi dengan print out di tangan, kamu maju menghadap dosen pembimbing, namun hal lain terjadi lagi, beliau tidak di sana.
“maav pak, saya sudah di ruangan bapak untuk bimbingan skripsi”, “saya lagi di luar kota Mut, bimbingannya diganti minggu depan ya”. Tekk, “owh, oke” *masang wajah Saitama*
Sibuk atau tidaknya dosen pembimbing merupakan salah satu faktor (selain semangat kamu tentunya) yang berbanding terabalik dengan kecepatan penyelesaian skripsi yang kamu garap. Semakin tinggi jam terbang dosen pembimbing kamu, akan semakin jarang kamu bimbingan, maka semakin lama proses penyelesaian skripsi yang kamu garap kecuali kamu punya otak secerlang Einstein yang tidak perlu lagi di revisi, kamu bisa langsung sidang detik itu juga. Dosen hanya perlu manggut-manggut. 

5.       Skripsi tanpa revisi itu mustahil.

Menulis skripsi adalah bagaimana seorang mehasiswa menyusun topik atau kasus yang dia tulis sesuai teori dan fakta bukan sekedar curhatan colongan saat dilema dan galau. Setelah meluangkan waktu berjam-jam berhargamu untuk menulis sebuah masterpiece, kamu mulai memberikan prin out-nya kepada dosen pembimbing sambil berdoa bahwa semuanya akan berjalan lancar tanpa adanya coretan, namun apa dikata, dosen yang punya status sebagai dewa yang maha tahu memberi kita banyak saran untuk memeperbaiki tulisan kita selanjutnya. Revisi- revisi di setiap bab. Coretan di setiap lembar.
Akhirnya kamu mengerjakan kembali bab per bab yang di revisi oleh sang dewa dosen, kamu sangat senang saat bisa merevisi walaupun hanya 1 bab saja, hingga kesuluruhan, saat kamu telah selesai dan memberikannya kembali ke sang dosen untuk direvisi, alangkah sakitnya ketika itu di corat-coret kembali. Ada saat dimana dosen kamu bertanya mau dibawa kemana arah skripsimu itu, mempertanyakan bagaimana kejelasan hubungan status antar tiap unsur yang kamu tulis hingga akhirnya kamupun ikut-ikutan bingung mau apa dengan yang kamu tulis itu. Namun, pada akhirnya dengan kemantapan hati kamu tetap melanjutkan walaupun dengan rasa nelangsa yang tak tertahan sambil berharap ini akan lancar dan cepat kelar. Yahh, semoga, tapi pada akhirnya kamu akan berhasil.

judulnya 10 hal, tapi cuma 5 (nyadar gak bacanya), biar gak panjang, lanjutannya di sini
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Comments
0 Comments

0 komentar: