Jumat, 11 September 2015

Tagged Under: ,

Hei, untukmu mahasiswa yang berjuang menghantam skripsi!

Share
Hei, untukmu mahasiswa yang berjuang menghantam skripsi!


Salah satu dosen pembimbing saya pernah berkata “sebenarnya jika kamu berniat dan berusaha, skripsi bisa kamu selesaikan dalam sekejap mata”. Kita tahu bahwa keberhasilan selalu mengikuti usaha, tapi kenapa kita masih enggan untuk terus melangkah.
Sebagai mahasiswa akhir, skripsi memanglah tidak mudah. Itulah mengapa saat wisuda semua mahasiswa tersenyum sumringah. Karena mereka tahu sudah melewati masa-masa susah setelah berjuang sekian lama. Skripsi memang susah, tapi tidak alasan untuk menyerah lebih-lebih setelah moment wisuda sudah diambang mata.  Tetap menulislah, tidak ada alasan untuk merebahkan tangan setelah sekian lama kamu berusaha.

Dari awal, kamu sudah berusaha sekuat tenaga. Menulis bab 1, 2 dan 3 hingga mata menjadi lelah.
Kamu tahu bahwa sejak awal kamu sudah berjuang sekeras yang kamu bisa. Hingga kamu bisa menyelesaikan proposal yang semula kamu tidak yakini. Saat hampir seminar, rasa percaya diri mulai datang di hati bahwa kamu bisa meneruskan topik ini hingga nanti. Kamu yakin bahwa semuanya akan aman terkendali.
Sayangnya, hidup memang penuh kejutan. Saat seminar dilakukan, proposal yang kamu presentasikan dikritik tajam. Mereka mengatakan bahwa kamu hanya sekedar menulis tanpa tahu secara mendalam topik apa yang kamu bicarakan. Akhirnya, semuanya terasa percuma. Dunia memang kejam, kamu hanya bisa mengelus dada, mau menangis tapi tak bisa. Tapi kamu tetap melanjutkannya sambil menahan kecewa. “Percayalah, usahamu ini tidak akan percuma”.

Setelah seminar proposal, kamu melanjutkan ke langkah selanjutnya “REVISI”
Setelah seminar, dosen pembimbingmu menyuruh untuk beristihat –dari menulis dan melanjutkan- sementara. Kamu tahu itu dan mengikuti sarannnya, hingga kamu terlalu santai dan malah melupakan sejenak skripsi yang harusnya kamu selesaikan.
Ketika kamu menyadari bahwa skripsi sudah tertinggal, kamu memulai kembali melanjutkannya yang harusnya kamu revisi dari kemarin-kemarin. Banyaknya revisi dan kesulitan mencari refrensi yang sesuai dengan topic yang kamu tulis membuat semangat di hatimu tidak menggebu-gebu lagi. Namun kamu tetap berusaha mencari hingga lembar per lembar coretan revisian berhasil kamu revisi. “Bagus”, teriakmu dalam hati. Akhirnya semangatmu kembali utuh lagi. “Selamat!!!” 

Susahnya menggarap skripsi tanpa sadar membuat moodmu tidak seperti dulu lagi
            Menggarap skripsi memanglah tidak mudah malah kamu berpikir bahwa itu sangat susah. Seringnya berhadapan dengan berlembar-lembar yang selama ini kamu tulis sendiri dengan mengorbankan waktumu yang berharga. Membuatmu mulai merasa hal ini sangat penting hingga kamu seperti menjauh dari teman-teman yang selama ini menemani. Hingga waktu yang biasanya kalian gunakan untuk berkumpul bersama mulai berkurang tanpa dirasa.
Pada akhirnya, Banyaknya waktu yang kamu luangkan untuk skrispi membuatmu menjadi seperti pribadi yang tertutup. Lebih-lebih saat temanmu mulai menunjukkan hasil kerja skripsi mereka yang hamper selesai. “Tidak perlu merasa minder, justru hasil mereka harusnya kamu jadikan pelecut bahwa kamu juga bisa menyelesaikannya”.

Namun, Skripsi bukan hanya soal tingginya tingkat kepintaran seseorang, tapi seberapa besar usaha dan niat yang kamu berikan.
            Kadang kamu berpikir saat teman seangkatan kamu tersenyum-senyum saat membahas topik se-krusial ini, sedangkan kamu cemberut seakan tidak mau mendengarkan apapun yang berhubungan dengan skripsi. Pada temanmu kamu berkata “ya, kamu pintar.  Jadi tidak perlu untuk repot-repot untuk berusaha sekeras ini”.
            Percayalah, dia tersenyum ketika menggarap skripsi bukan karena dia pintar. Tapi yang dia pikirkan adalah dia tidak mau untuk  memperburuk keadaan setelah dia berjuang sekuat hati dengan bolak balik ke dosen pembimbing. Dia tahu bahwa usaha dan niatnya yang sekeras besi akan percuma jika sedetik saja bersedih. “Jadi buat apa bersedih?”

Teman-temanmu telah selesai. Tapi ingat, temanmu tidak akan setega itu membiarkanmu bersusah-susah menggarap skripsi sendiri
            Kadang kamu berpikir bahwa temanmu yang telah selesai akan membiarkanmu terluntang-lantung sendiri menggarap skripsi. Tapi percayalah, empat tahun yang kalian alami, bukanlah waktu yang sementara. Persahabatan tercipta semakin erat setelah waktu dan waktu kalian bersama sejak tahun pertama.  Mereka tidak akan meninggalkan kamu hanya karena mereka telah selesai.
            Temanmu mungkin akan sedikit santai setelah sidang walaupun mereka juga sedang mengerjakan revisian. Tapi, jika kamu sedikit menekan ego dan tidak malu untuk meminta bantuan. “Yakinlah, dengan sigap mereka akan membantumr sekuat yang mereka bisa agar kamu juga selesai secepatnya”.

Hidup memang tidak mudah, begitu juga dengen gelar sarjana. Tapi bukankah pelangi akan lebih terlihat indah setelah badai berlalu.
Hidup adalh perjuangan. Perjuanganmu dari awal akan terjawab dengan akhir yang bahagia –itu pasti-, bukankah itu yang semenjak kecil diajarkan. Skripsi hanyalah tumpuan kecil untukmu meraih mimpi yang akan kamu perjuangkan selanjutnya. Jadi, saat rasa putus asa datang menggema, jangan berputar arah hanya karena semua tidak sesuai rencana. Tuhan tahu bahwa kamu sedang berusaha dan akan memberi hadiah yang pantas tepat pada waktunya.
Dengan skripsi yang telah usai, ingatlah di akhir nanti kamu akan tersenyum bahagia dengan toga tersanding. Gelar sarjana akan ada dibelakang nama. Saat itulah kamu bisa menentukan hidupan kedepannya dengan pilihan yang kamu suka. “berjuanglah”.
Jadi bagaimana skripsimu hari ini? Masihkah semangatmu sepanas api?



.
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Comments
2 Comments

2 komentar:

ghofar1.blogspot.com mengatakan...

Semamgat kawan
Tidak ada yg tidak mungkin di dunia ini.
Dari smester 1 - 6. Kmu bisa.
Macak skripsi cma 70 halaman ja gk bisa ;-)

Unknown mengatakan...

malah ada yang cuma 5o halaman...