Sabtu, 12 Maret 2016

12 hal menyebalkan dalam menulis SKRIPS(weet)I -part 2-end-

08.39 Unknown


hal menyebalkan lainnya dari menulis tugas akhir mahasiswa ini adalah : 

6.      Berjam-jam menatap layar laptop, karena bingung mau menulis apa.
Jari abang sampe keriting
Hal lainnya yang bikin menyebalkan dalam menulis sebuah skripsi adalah kita harus rela berlama-lama menatap layar LCD yang biasanya kita gunakan untuk menonton film (entah film apa itu), kali ini kita harus menggunakannya dan stuck untuk waktu yang lama menatap lembar Microsoft word yang kosong karena bingung menghubungkan teori yang kamu punya dengan kata yang akan kamu tulis.
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

12 hal menyebalkan dalam menulis SKRIPS(weet)I

08.29 Unknown


Skripsi merupakan tugas sakral yang harus dilakukan seorang mahasiswa untuk bisa bersanding menggunakan toga saat prosesi wisuda. Sebagai sebuah tugas akhir, mau tidak mau, suka tidak suka mahasiswa diharuskan membuat susunan tulisan ini. Tidak sedikit mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai sebuah momok yang lebih mengerikan dari sekedar dosen killer. Sebagai sebuah tugas akhir, mahasiswa menghadapinya dengan beragam cara, ada yang senang dan menganggap skripsi sebagai sebuah tantangan yang harus di taklukkan, ada juga yang biasa saja menganggapnya menjadi sebuah kisah pahit seorang mahasiswa yang pasti akan berlalu pada waktunya nanti (asal dikerjakan), ada juga yang galau karena tidak tahu harus bagaimana untuk mulai menulisnya. Bagaimanapun, mungkin kamu tidak merasakannya tapi itu terbukti, dalam mengerjakannya ada moment-moment pahit bin menyebalkan akan dialami mahasiswa. Moment-moment mulai dari yang berkesan hingga absurd ini akan kamu ingat di masa depan nanti.
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Selasa, 26 Januari 2016

Mahasiswa Sastra dan "Kuliah Dapat Apa?"

05.00 Unknown

“Kalian kuliah empat tahun dapat apa?” Suatu hari seseorang dosen bertanya saat kami sedang berkumpul bersama di salah satu sudut kampus, sebuah tempat yang biasa kami jadikan base camp dadakan. Kami adalah mahasiswa tua yang rajin ke kampus walaupun kuliah kami sudah usai, dan hanya tinggal skripsi untuk dikerjakan.
Gue bingung harus menjawab apa dan dari mana saking overheatnya ini otak mendengar pertanyaan out of the box terseram nomer urut 3 setelah kalimat tanya, “kapan nikah?” dan “kapan wisuda?” secara mendadak, gue linglung. Gue dan teman-teman yang lain diam, saling tatap untuk beberapa saat. Gue melihat mereka satu persatu, berurutan, Si Ajis sibuk dengan laptopnya lagi asik main-main dengan blog kesayangannya, Si Es-kepala suku- senyum-senyum seperti orang ganteng kesurupan. Si Anwar menekan-nekan bisul tombol HP dengan jarinya. Gue memutar kepala ke sebelah kiri, si Hapit…?
“Wahh, jangan ditanya Miss[1], kita udah belajar banyak hal”, tiba-tiba si Hapit menjawab tanpa ragu dan lantang, aku tersenyum –wahh, gheghek kia si Hapit ni-.
“Sishh, Cacak[2] ye?” Anwar juga terkagum-kagum dengan jawaban si Hapit, mata si Anwar berbinar-binar seolah sedang melihat pahlawan masa kecilnya sedang beraksi kembali, si Tinky Winky, Dipsy, Lala, Pooooo –oke, enough, gak usa sambil nyanyi-. gue lihat si Ajis masih sibuk dengan blognya, Si Es masih senyum-senyum gila manja di wajahnya.
“Banyak Miss!”, Si Hapit mengulang kata-katanya, kami menunggu jawaban lanjutannya, menebak-nebak seperti apa kira-kira jawaban dari seorang Hapit yang biasa dipanggil “Saru” oleh anak-anak ini karena tingkahnya yang kadang di luar nalar seorang mahasiswa normal.
“………”,mata kami menatap serius si Hapit, menunggu ucapan dari mulutnya. Mencoba menerka.
Hening…
Menunggu jawaban lanjutan Si Hapit seperti menunggu gebetan buat jawab “iya” atau “enggak”, waktu yang terasa seperti berjalan lambat.
Gue menghitung,
Satu… gue lihat si Ajis mulutnya mulai monyong.
Dua… si Es senyumnya makin panjang kali lebar, sama dengan luas.
Tiga… si Anwar mulai gerah, seperti ingin mengeluarkan gas H2S[3] dari mulutnya. tuutttttt.
Tek… tek... tek…
Waktu seakan benar-benar melambat, semua orang di sini ingin tahu jawaban Hapit selanjutnya, sebua jawaban yang ngewakilin hal yang dia dapat selama kuliah empat tahun ini, sementara yang lain bingung harus menjawab apa dan dari mana, terlebih harus menjawab ke seorang dosen yang selama empat tahun mengajar kami, dia bisa menjawab dengan lantangnya ke dosen
“Gini Miss!” Hapit melanjutkan. Kami terdiam, menunggu kalimat selanjutnya. Melihat mulut Hapit, yang ternganga, menunggu gerakan selanjutnya, “Semester 1 dan 2…”, kalimat Hapit terasa terhenti.
“…” kami menatap dia kembali. Satu, dua, aku menghitung detik menunggu jawaban si Hapit. Tiga…
“Kami belajar main billiard Miss”.  
Darrr… kami salah tingkah mendengar jawabannya -_- si Hapit lagi-lagi menjawab dengan lantang, jelas dan absurd seperti dirinya.
“Hahaha”, dia tertawa sendiri dengan jawabannya. Ya ampunnn.
 “Engkok nyangka jewebhenna lha, tak kera teppak”, hahaha, aku tertawa dalam hati sepakat dengan si Anwar. Dia seperti shock mendengar jawaban jenius dari seorang Hapit setelah dia berharap sesuatu yang tingi, dia jatuh. Matanya tidak berbinar lagi, seolah pahlawan masa kecilnya yang lucu dan ngegemesin dulu; si Tinky Winky, Dipsy, Lala, Pooo –cukup, gak usah nyanyi lagi- mulai berubah menjadi Aneh, mereka mulai tidak chubby lagi tapi kerempeng, seperti Hapit. Aneh kan, pake banget.
“Hahahahah, mak iye ongghu”, gue dan yang lain tertawa. Mengingat masa-masa itu, tahun pertama. Saat mata kuliah tidak ada entah dosennya yang absen atau kami sendiri yang meniadakan mata kuliahnya (baca : bolos), kami biasanya pergi ke sebuah rental billiard, bermain di sana hingga jam kuliah usai. Bermain dengan tanpa tahu bagaimana memegang stik sepanjang satu sentengah meteran dengan baik, bermain hingga beberapa set game selesai tanpa satupun bola yang masuk dengan benar ke hole. Itu luar biasa menyenangkan.
“…”, gue menatap yang lain, yang juga terlihat heran.
“Tahun ke-dua, kami belajar main domino sama kartu remi, gaplek Miss!” Si Hapit lagi-lagi dengan berapi-api masih  menjelaskan jawaban super ultra jeniusnya atas apa yang dia dapat selama kuliah empat tahun ini kepada dosennya. Hell yeah, you are right.
“Hahahaha”, lagi-lagi tawa gue dan yang lain tidak bisa ditahan sekalipun di depan dosen. Kami lepas kendali. Gue mengingat kembali, di mana biasanya kami main gaplek setelah pulang kuliah hingga larut. Jam 9 adalah batasnya, karena rumah teman-teman yang lain yang memang cukup jauh.  Sekali lagi, gue larut mengingat semua hal itu.
“Semester 5 dan 6, kami belajar hal lain, main catur! Iye kan?” Si Hapit menoleh ke kami, bertanya ke kami. Dengan jawabannya yang absurd itu. Kami malahan mengangguk-anggukkan kepala-tanda setuju-. Bodohnya kami terlihat jelas, si Dosen seperti ingin berkata, “what the hell are you guys doing exactly here?” Kami tidak peduli dengan expresinya yang seperti mau marah, kesal dan ingin tertawa menjadi satu.
“Iya iya, jangan lupa kita juga belajar main gitar di warkop 31” Es menjawab, senyum gila gantengnya masih tersungging di bibirnya.
“Iya, belajar main gendang juga, a-koplo rek”, si Ajiz menambahkan.
“Nah, kalo sekarang, pas semester akhir…”, Gue melihat ke arah suara itu, yang teranyata bukan suara Hapit, tapi suara si Anwar.
“…” kami menatap si Anwar berbarengan. “?”, wah, si Anwar ni, pasti jawabannya bener, gak kaya si Hapit ni. Kami menunggu kembali…
Aku seperti menghitung detik lagi, satu, dua…
“Kami belajar main ping-pong yang baik dan benar Miss!, hahaha”. Dia menambahkan sebuah jawaban jenius lainnya dengan tawa garing di akhir. Gue melihat kembali ke arah temen-temen. Gue bingung, Es senyum-senyum, Ajis jadi gila, si Hapit malah tertawa. Ah, syudahlah!
“Yeah, kita belajar banyak hal ya?” Si Hapit menloeh ke Anwar, mengeluarkan pertanyaan yang sebenarnya gak perlu dijawab.
-_- Sekali lagi, tawa kami lepas. “hahahahaha”.
“Di aula cak!”, aku menambahkan.
Begitulah, jika ditanya apa yang kami dapat selama kuliah empat tahun, secara nyata itu bukan hanya pelajaran, bukan hanya ilmu dari para dosen yang kadang kece, kadang ngeselin, kadang baik, kadang minta toss di wajah -dengan kursi-. Kuliah selama empat tahun bukanlah waktu yang sebentar, memberi kami lebih dari sekedar ilmu dalam kelas. Lebih kompleks lagi. Lika-liku persahabatan, cinta, benci, naik, turun, terbang, jatuh, tawa, tangis, hingga manis, ataupun pahitnya kehidupan sebagai mahasiswa adalah apa yang dapat kami jadikan kenangan sebagai sesuatu yang berharga untuk diingat suatu saat nanti di masa depan, entah harus diingat dengan rasa bangga atau dengan rasa malu seadanya, yang pasti itu sesuatu yang berharga. Anggota kelas kami mungkin tidak sebanyak mereka, tapi sedikitnya kami adalah hal yang banyak.

Empat tahun kuliah, kami belajar bahwa keluarga bukan hanya mereka yang tinggal serumah. Kami belajar bahwa saudara bukan hanya mereka yang sedarah. Kami belajar bahwa semua hal yang ada, bisa tercipta semakin erat asal bersama.




[1] Ini panggilan mahasiswa sastra ke dosen, wanita.
[2] Cacak, panggilan manja dan cadel dari kata ‘kakak’
[3] Ini sejenis gas yang bisa menimbulkan fitnah diantara sekelompok mahasiswa.
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Jumat, 22 Januari 2016

GENDUT –sebuah curahan dari orang yang kelewat gede-

05.06 Unknown

Astaga : sampe timbanganpun beristigfar

yang nulis ini sih, sebenernya gak gendut-gendut amat, cuma beratnya saja yang kelewat dari angka normal, itupun hanya kelewatan angka puluhan gak sampe ratusan. Perut ini sebenarnya rata, rata-rata.. yaaa tahulah apa isinya?
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Sabtu, 02 Januari 2016

Graduation (Friend Forever) -sebuah lagu untuk kita yang sebentar lagi....

08.58 Unknown
SASTRA UNARS : hope we get best up


And so we talked all night about the rest of our lives
Where we're gonna be when we turn 25
I keep thinking times will never change
Keep on thinking things will always be the same
But when we leave this year we won't be coming back
No more hanging out cause we're on a different track
Dan kita bicara sepanjang malam tentang hidup kita nantinya
Akan menjadi apa saat kita berumur 25 nanti
Aku tetap berpikir bahwa waktu tak akan berubah
Tetap berpikir segala hal akan selalu sama
Tapi, ketika kita meninggalkan tahun ini, kita tak akan kembali lagi
Tak ada jalan-jalan lagi karena kita sudah di tempat yang berbeda
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Rabu, 30 Desember 2015

2015 pergi- hey, ini 2016, resolusinya?

20.12 Unknown

http://powerofnowoasis.com/newyear_retreat/happy-new-year-2016-replace-2015-concept-on-the-sea-beach/
2016 is coming
 
31 desember,
hey, ini hari terakhir di tahun 2015,

"apa yang sudah kamu lakukan di tahun 2015?"
"emm, apa ya?"
"banyak?"
"gak juga"
 "-_- sudah berapa orang yang kamu buat tersenyum bahagia?"
"..."
"berapa?"
"ahhhh, gak banyak....."


tahun 2015 berlalu secepat itu, tiba-tiba besok sudah menginjak ke tahun 2016 begitu saja. "Time Goes so fast" ini ada benarnya atau saya yang membuang begitu banyak kesempatan dan tidak melakukan apa-apa yang berarti sepanjang tahun ini.
bisa jadi?
kenapa?

 
"kerjakan nanti deh, masih bisa kok!"
http://sodventure.blogspot.co.id/2014/11/menunda-kesenangan-sesaat.html
menunda
 ini adalah alasan pertama kenapa saya tidak bisa berbuat banyak, entahlah "malas" memang musuh utama manusia kan. tidak mudah membuang sifat ini karena memang pada dasarnya merupakan 1 dari 7 sifat dasar kita (eh, gue aja ya, emang lu manusia?)
Menunda-nunda sesuatu memang mudah dan tak membutuhkan banyak tenaga untuk dilakukan "nanti saja ah, gampang!"
dan... semua menghilang.

jadi resolusi untuk tahun 2016, semoga sifat malas dalam diri ini bisa diilangin sedikit-sedikit. HARUS!!
 

"rencana A apa rencana B ya? C dulu dech" 
https://www.intergate-immigration.com/business-plans-immigration-south-africa.php
Harus fokus ke rencana awal
ini alasan kedua kenapa kesempatan banyak terbuang di tahun ini, saya terlalu banyak membuat rencana. padahal sudah yakin rencana A karena sudah disusun sebaik mungkin. tapi entah kenapa malah rencana lain yang dilakukan yang bahkan belum direncanain sama sekali, aneh bukan?

FOKUS FOKUS FOKUS, sudah dari dulu ditekankan dalam hati, tapi memang dasarnya mahluk absurd ya, semua hal ingin dilakukan secepat mungkin.

jadi, semoga tahun depan bisa lebih fokus dan memanage segala hal dengan lebih baik lagi, HARUS.


"Tidak bisa bilang 'tidak!'" 
http://positivitytoolbox.net/learn-to-say-no.html
ayo, bilang tidak
Kalo yang ini memang masalah saya dari dulu, tidak bisa bilang "tidak" pasti iya, karena tidak mau mengecewakan orang yang sudah dengan senang hati mengajak. ini sifat positif yang kadang membuat saya bingung di akhir.

"ikut yuk!"
"ayok" padahal dompet kosong, keesokannya dompet makin kering.

ada yang ngajak lagi,
"kumpul yuk"
"ayuk", sompet makin kering

jadi, untuk tahun depan semoga hati dikasi ketetapn buat bilang "tidak", HARUS
jadi untuk teman-temang, di tahun depan jika saya bilang "tidak", mengertilah!


yah, resolusi tahun depan itu saja sih,
yang pasti semoga bisa menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat buat yang lain
Aamiin

Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Rabu, 16 Desember 2015

Download The LA(o)ST PIECE -kompilasi cerpen anak SASTRA UNARS

20.24 Unknown

link download ebooknya ada dibwah artikel ini
akhirnya, setelah berminggu-minggu kompilasi ini dikerjakan dari pengumpulan, editinng, dan lay out, hingga desain cover, pada akhirnya dapat tercertak menjadi suatu karya nyata yang bisa dibaca langsung dan dipegang (baca: jadi buku). Saat awal pengumpulan cerpen-cerpen ini saya terlihat seperti penagih utang darpada sebuah penulis ataupun creator setiap kali ketemu adik-adik mahasiwa sastra,

Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Jumat, 20 November 2015

Aneh! Emoji “TEARS of JOY” menjadi kata paling popular tahun 2015 versi Oxford Dictionaries

08.57 Unknown





Emoji? Untuk kalian yang sudah tidak asing dengan medsos a.k.a media sosial pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya emoji. Bahkan sebagian orang merasa tidak nyaman jika dalam menulis kalimatnya tidak menggunakan emoji. Emoji semakin popular, lebih-lebih dengan beragamnya emoji yang diciptakan mampu memberikan warna tersendiri bagi seseorang dalam memberikan komentar yang bisa merefleksikan isi hati. Emoji tidak lagi hanya untuk pengiriman pesan di antara remaja. Namun, emoji telah menjadi nuansa yang mencerminkan ekpresi yang dapat menembus batas perbedaan bahasa. Emoji bisa secara tepat dalam menggambarkan perasaan.

Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Kamis, 19 November 2015

Untuk Wanita yang Baru Patah Hati Setelah Putus, Ini Sebuah Fase Hidup yang Menguatkan

00.59 Unknown


Untuk wanita yang baru patah hati setelah putus, Ini sebuah fase hidup yang menguatkan.



Entah, Apa yang salah dengan “patah hati”?

Semua hal yang membuat sakit memang tidak menyenangkan, apalagi yang berhubungan dengan hati -bahkan orang lebih memilih sakit gigi daripada ini- . Sakit hati memang lebih sulit untuk disembuhkan tapi bukannya tidak bisa. Orang yang sedang patah hati hanya dituntut untuk berusaha lebih keras daripada biasanya sampai dia lupa bahwa dia mengalaminya.
Kenapa semua orang membenci ini dan tidak ingin mengalaminya, tidak bisakah memikirkan sisi positif dari sebuah frase kata “patah hati” ini.
              “Memang ada sisi positifnya?”, mereka bertanya

             “Ada, tentu saja. Bukannya saat badai berlalu, langit terang akan datang.”
Share, please: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg