15 Juli 2015
Karena hidup adalah tentang memperluas hati,
tentang bagaimana kita berbagi kepada mereka yang memang layak untuk diberi. Dan
ramadhan memberikan kesempatan itu lebih banyak dari pada bulan bulan yang telah kita lewati.
Zakat fitrah misalnya,
yang merupakan kewajiban bagi muslim dan muslimah, baligh atau belum, kaya atau tidak, dengna ketentuan bahwa ia masih hidup
pada malam hari raya dan memiliki kelebihan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Itu
dibayarkan di bulan Ramadhan sebagai pembersih
dari hal hal yang mengotori puasa.
LinGK(ar) –
Beberapa hari yang lalu kami berhasil mengumpulkan zakat-zakat fitrah dari beberapa teman, kolega dan keluarga, yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu2 (well, big thanks for you all, may Allah help you now and after). Kami berhasil mengumpulkan 15 zakat, kami sepakat menyalurkannya dengan segera, mengingat idul Fitri yang sudah di depan mata akan dating menyapa dan itu merupakan batas untuk mengeluarkan zakat fitrah. Sepakat, pada selasa kemarin.
Beberapa hari yang lalu kami berhasil mengumpulkan zakat-zakat fitrah dari beberapa teman, kolega dan keluarga, yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu2 (well, big thanks for you all, may Allah help you now and after). Kami berhasil mengumpulkan 15 zakat, kami sepakat menyalurkannya dengan segera, mengingat idul Fitri yang sudah di depan mata akan dating menyapa dan itu merupakan batas untuk mengeluarkan zakat fitrah. Sepakat, pada selasa kemarin.
Sebelumnya, saya
meminta data sasaran siapa saja orang2 yang sekiranya berhak untuk menerima
zakat kepada para sahabat2 saya,salahsatunya @Riski, Mohammad, @Dewi, akhirnya
kami mendapatkan 9 daftarnama.Dibantu dengan mbak-mbak kece (Devi dan Tami, thank you for the car dan bukbernya :D)
akhirnya kami bisa menyalurkannya kepada mereka yang benar-benarmembutuhkan
*insyaAllah.
Hal yang menurut
saya mengesankan pada kegiatan ini adalah saat kami memberikan titipan zakat fitrah
teman-teman ini kepada seorang nenek di
Panji. Bagaimana tidak mengesankan, si nenek (yang bernama mbah Etto) yang kami
sambangi berumur 111 tahun, iya se ratus se be las ta hun. Itu mur yang cukup panjang
untuk manusia saat ini *subhanallah. Mbah Etto tinggal di sebuah rumah yang
sederhana dengan halaman teras seadanya tanpa parabotan mewah yang menghias indah.
MbahEtto, dari penampilannya terlihat bahwa beliau memangs udahrenta, keluar dari
kamarnya digandeng oleh anaknya yang mungkin sudah 3 kali umur saya saat ini.
Mereka tersenyum menyambut kami, kami membalasnya dengan senyuman yang seindah mungkin
berharap mereka akan lebih senang dengan kedatangan kami. Saya lihat anak ibu Etto
menuntun ibunya dengan hati-hati untuk duduk. Saya tersenyum dan tersentuh melihat
anaknya yang telaten itu. Sedikit iri rasanya di hati melihat anaknya yang
tidak ragu sedikitpun memberikan perhatian kepada ibunya yang sudah tua itu. It was awesome to see them at that
unforgettable moment, hope they will always happy. Setelah duduk…..
“ini mbah, kami dari UN*RS, mau memberikan zakat fitrah”
kata Riski kepada mbah Etto dan anaknya
“salah Ris, ini dari LINGKAR” aku sambil tertawa kecil megucapkannya
“hahahah” kudengar yang
lain terlihat menahan tawa
Aku
memberikan isyarat ke mbak Devi untuk segera memberikan 1 bungkus zakat itu kepada
mbah Etto, Aku tau mbah Etto mungkin sudah tidak sekuat dulu walau hanya untuk mengangkat
beras seberat 2,5 kg. Kemudian, anaknya menerimanya dengan tersenyum.
“kasoon ghi” katanya dengan
logat Madura, kulihat Mbah Etto tersnyum dengan sumringah
Kami membalasnya
dengansenyuman *lagiJ
Beberapad etik, aku menerawang sejenak menerka-nerka
bagaimana masa tuaku kelak akan kujalani, masihkah aku bisa tersenyum sejernih Mbah
Etto kini? Entahlah…..
“ayo,
lanjut keselanjutnya” yang lan mengingatkan untuk segera beranjak…
Situbondo, 15 Juli 2015, “Zakat Fitrah, dan
sebuah harapan baik dibaliknya… aamiin”
PS : thank you Mbak Devi, Mbak Tami for give us chance to make this awesome
moment